WHERE WERE YOU WHEN MEGADETH HITS MEDAN IN 2001?




 

Dalam rangka menyambut hadirnya kembali pahlawan kita semua ke pangkuan ibu pertiwi pada 25 Oktober nanti maka sudah sepatutnya kita mengenang kembali apa yang telah terjadi tujuh tahun yang lalu ketika mereka semua berkunjung ke Medan.

MEGADETH IN MEDAN

Konser Megadeth di Medan 7 tahun yang lalu buat gue pribadi pengalaman yang gokil berat. Salah satu momen yang nggak bakal gue lupain seumur hidup juga. Crazy! Kantor gue dulu, Musickita.com, nggak bisa menyediakan transportasi pesawat buat gue ngeliput konser fenomenal yang akhirnya terpaksa dipindah ke Medan karena ada Sidang Istimewa MPR di Jakarta. Akhirnya gue terpaksa pergi-pulang naek kapal laut di kelas dek 3 hari 3 malam!! A very long trip! Setiap makan selalu antri bagai napi dengan koki yang mengaduk kuali nasi dengan dayung sekoci! J Tapi akhirnya sangat berkesan, karena secara personal gue akhirnya bisa ngobrol dengan salah satu “pahlawan” gue, MegaDave dan juga yang lainnya di Megadeth. Pengalaman pertama dengan rock star lah intinya hehe.

Fun Facts yang menarik selama Megadeth di Medan adalah:

  1. Pas chit-chat sama MegaDave disamping gue ada Eben, gitarisnya Burgerkill yg ikut gue selundupin ke dalam ruangan belagak jadi wartawan J Si Eben pas berhadap-hadapan ama MegaDave cuma salaman dan bengong-bengong gituh hehe. Speechless. Dia bilang gini, “anjing, orang yg bikin gue maen gitar untuk pertama kalinya tiba2 diri di depan gue. Gak usah ngomong aja udah seneng gue.” Hahaha…
  2. Semua kamar para personel Megadeth direserved atas nama Mr. Pink, Mr. Orange, Mr. Blue, Mr. Red…….yeah, terinspirasi dari film Reservoir Dogs. Ini karena Dave Mustaine adalah penggemar berat Quentin Tarantino (Thanks koreksinya, Reza:).  
  3. Untuk acara apapun yg berhubungan dengan Megadeth, MegaDave selalu dateng belakangan. Kayak udah disetting gituh. Mo makan malam mesti nunggu Mustaine mandi dulu padahal semua rombongan udah nunggu di depan meja makan dan orang itu baru nongol 30 menit kemudian. Presscon juga begitu. Tipikal rockstar
  4. Menurut Mustaine, tiket konser Megadeth di Medan waktu itu adalah yang paling murah sedunia sepanjang karier Megadeth…..Rp. 35.000!
  5. MegaDave pas ngobrol sempet gue tanya ttg “Funeral Soundtrack”. Kata dia, nanti kalo mati dia mau diiringin lagu “Back In Black – AC/DC” sama “No More Mr. Nice Guy – Alice Cooper”. Dia ternyata die hard fan dua artis itu!
  6. Dave Ellefson sempet jam session sama LO-nya, si Baron Gigi, di café hotel Tiara. Kalo gak salah inget, sempet mengcover “Master of Puppets” Metallica!
  7. Gue sempet menyelinap ke dressing room Megadeth pas Boomerang lagi opening dan gue menemukan MegaDave lagi on-line di internet bikin tour diary Megadeth buat official website mereka. Rupanya ini ritual dia sblm manggung dimana aja. MegaDave tetep up-date disegala suasana ternyata…
  8. Anak-anak Megadeth sempet norak berat pas foto bareng polisi yang megang machine gun M-16. Dia bilang kalo selama konser dimanapun Megadeth gak pernah dikawal polisi bersenjata lengkap sebanyak itu…..Cukup karon! J
  9. Eben Burger Kill di Photo Pit hampir dipopor polisi pake M-16 gara-gara simpati sama penonton yg digebuk sama aparat. MegaDave sempet kesel dengan kejadian ini dan nyuruh polisi untuk….back-off, menjauh dari penonton di depan barikade! Asli, momennya keren!!

 




THE INTERVIEW


Sebelum melakukan konser tunggalnya di Stadion Teladan, Medan, hari Selasa (31/7/2005) malam lalu, para personel Megadeth menyempatkan diri untuk melakukan konferensi pers pada Senin (30/7/2005) malam di Balerama, Hotel Tiara, tempat mereka menginap selama berada di kota tersebut.

MegaDave sebagai pentolan Megadeth saat konferensi pers tersebut memang terlihat sangat leading dalam menjawab berbagai pertanyaan dari para wartawan, khususnya Musickita.Com. Memang banyak jawaban darinya yang terkesan basa-basi dan diplomatis belaka, namun spontanitas bicara dari jagoan metal sekaligus pendiri Megadeth ini tetap saja tidak hilang. Misalnya, saat ia dengan entengnya mengucapkan beberapa kata kotor dalam bahasa Inggris atau ketika dengan kerasnya ia menghardik seorang wartawan yang asyik ngerumpi sendiri saat ia berbicara. Bagi mereka yang pernah bertemu dengannya sekilas pasti akan menangkap kesan arogansi yang kuat dari figur metal dunia ini.

Sementara itu para personel yang lain, seperti basis Dave Ellefson dan gitaris Al Pitrelli, memang terkesan paling ramah dan supel. Saat acara makan malam di Hotel Tiara beberapa jam sebelumnya, dua personel ini bahkan rela saja diganggu oleh para fans fanatik yang berebut minta tanda tangan dan foto bersama. Sedangkan drummer Jimmy De Grasso yang merupakan eks-drummer Suicidal Tendencies ini, pada awalnya memang stay cool dan selalu menjaga imej. Namun setelah sempat diajak ngobrol oleh Musickita.com sesaat sebelum mereka check out dari hotel, ternyata kesan itu sama sekali salah, Jimmy ternyata sangat ramah pada fans dan wartawan. Bahkan ia menyempatkan diri untuk melakukan foto bersama dengan para satpam dan juru masak hotel.

Simak “pembajakan” konferensi pers Megadeth oleh Wenz Rawk dari Musickita.Com dengan seluruh personel Megadeth di Balerama Hotel Tiara,
Medan hari Senin (30/7/2001
) malam yang lalu.

Apa komentar Megadeth sendiri atas larangan konser dan distribusi album “The World Needs A Hero” yang belum lama ini dikeluarkan oleh Pemerintah Malaysia ?

Dave Mustaine : Kami tentu saja kecewa mereka (pemerintah
Malaysia - Red) melakukan hal tersebut. Yang kecewa tentu bukan kami saja, namun seluruh fans kami yang berada di Malaysia. Kami hanya bisa berharap pemerintah Malaysia dapat segera mengubah sikap mereka. Kami memang nggak peduli dengan kondisi politik apa pun yang tengah terjadi di Malaysia atau Indonesia, karena kami adalah band Amerika yang memainkan musik internasional dan memiliki fans di seluruh dunia. Untuk sekarang ini kami lebih memfokuskan diri di Indonesia daripada segala sesuatu yang terjadi di Malaysia.

Bagaimana perasaan kalian dapat menggelar konser di
Indonesia?


Dave Mustaine : Tentu saja kami sangat senang dapat bermain di sini. Bagi kami ini merupakan sebuah kesempatan besar untuk bisa konser di
Indonesia dan memang kami sudah lama menanti-nantikannya.

Sebagai informasi, Megadeth merupakan band metal dunia ketiga yang menggelar konsernya di
Indonesia setelah Sepultura dan Metallica sekitar 9 tahun lalu. Konser Metallica di Jakarta waktu itu bahkan sempat menimbulkan kekacauan besar yang sulit dilupakan oleh publik di sini. Lalu apa antisipasi kalian terhadap para metalhead yang ngefans berat dengan Megadeth ini nantinya?


Dave Mustaine : Ah, sudahlah… bagaimana kalau kita lupakan saja Metallica sampai besok malam?

(Seisi ruangan pun tertawa. Mustaine ternyata tidak sekedar bercanda waktu itu, karena tepat esok malamnya saat konser, ia benar-benar mengajak seluruh penonton bernostalgia dengan masa-masa saat ia masih gabung dengan Metallica. Ia geber tuntas lagu ciptaannya yang berjudul “Mechanix” (versi Megadeth - Killing Is My Bussiness... / 1985) alias “The Four Horsemen” (versi Metallica - Kill ‘Em All / 1983) itu. Yeah, surely it kills!)

Album terbaru Megadeth yang bertitel “The World Needs A Hero” hingga saat ini belum juga dirilis di
Indonesia. Agak unik, karena tur Megadeth kali ini sebenarnya dalam rangka mendukung promosi bagi album tersebut. Buat fans kalian sendiri tentu mereka agak aneh mendengar lagu-lagu di album itu untuk pertama kalinya. Apa antisipasi kalian tentang hal ini? Apakah kalian akan lebih banyak memainkan lagu-lagu dari album Megadeth terdahulu ?

Dave Ellefson : Kita akan banyak memainkan lagu-lagu mulai dari era awal Megadeth hingga lagu-lagu terbaru. Saya yakin publik pasti akan cepat familiar dengan lagu-lagu baru kami.

Bisa kalian beritahu sedikit saja set list untuk konser besok malam?

Dave Ellefson : You’ll never know, ha… ha… ha…
Ada misi khusus dalam tur keliling dunia kali ini?

Dave Mustaine : Misi dalam tur? Well, mungkin jika kami punya misi sudah pasti misi itu adalah dapat menggelar konser sebanyak mungkin di mana saja kami bisa, menciptakan fans-fans baru Megadeth dan juga menjual album rekaman kami sebanyak mungkin. Sejauh ini kita sudah menggelar konser di RRC dan Rusia, yang mana sebelumnya nggak terpikirkan sama sekali oleh kita, karena beberapa tahun yang lalu dua negara itu merupakan musuh bebuyutan Amerika Serikat. Dan sekarang kita berada di sini (
Indonesia - Red) yang dalam banyak pengamatan orang bagaikan surga. Indonesia memiliki… ehm, imej di mata Amerika tak ubahnya seperti surga.

Dan bagi kita semua bisa datang ke sini untuk menemui kalian semua tentu amat menyenangkan… (tiba-tiba Mustaine menghentikan pembicaraan dan menghardik keras beberapa wartawan yang asyik ngerumpi saat ia berbicara) Hey, you know what? I’m talkin’ here… be quiet! (kelar menegur, dengan santainya ia pun meneruskan pembicaraan, edan memang orang ini! He… he… - Red)

Sangat menyenangkan bagi kita bisa berada di
Indonesia, dan kita semua amat menikmatinya. Sampai sejauh ini yang kita temui orang-orangnya asyik, pelayanan dari pihak promotor juga memuaskan dan nampaknya segala sesuatunya berjalan dengan baik. Kita juga berharap tidak hanya bisa konser untuk besok malam saja, tetapi juga untuk kembali lagi ke sini dan menggelar tur ke berbagai kota di Indonesia
.

Titel album “The World Needs A Hero”, apa maknanya bagi kalian?

Dave Mustaine : Well, saat melakukan tur ke berbagai negara kita sering melihat (apa yang terjadi di dunia) lewat televisi, khususnya stasiun TV berbahasa Inggris seperti CNN. Saya sering menyaksikan berita-berita di
sana
dan terus terang saya mengalami depresi. Kita sudah banyak melihat berita kematian, kerusuhan, peperangan dan wabah penyakit setiap hari selama kita melakukan tur, dan kita berpikir kemudian bahwa ‘ada sesuatu yang salah dengan dunia ini’. Well, you know… kalian semua baru saja melewati sebuah konflik besar di sini, sementara Amerika juga memiliki konflik yang besar karena sekarang ini kita memiliki seorang presiden yang benar-benar bodoh dan menyebabkan banyak permasalahan di dunia… So, I think the world definitely needs a hero!

Karena album baru Megadeth belum dirilis di sini, mungkin untuk sekarang saya ingin bertanya pada kalian tentang album terdahulu Megadeth yaitu “Cryptic Writings” (1997) dan “Risk” (1999). Saya pernah membaca beberapa wawancara dengan Megadeth di situs resmi Megadeth.com, dan yang saya temui di
sana adalah bahwa kalian semua agaknya kecewa dengan dua album yang berkategori eksperimental tersebut. Banyak pula fans Megadeth yang kecewa dengan album-album itu, yang menurut mereka sama sekali bukan karakter musik Megadeth. Yeah, pasti kalian bosan dengan pertanyaan yang satu ini karena mungkin telah menjawab ribuan kali dengan berbagai macam media, namun untuk malam ini bisakah kalian ceritakan dengan sejujurnya apa perasaan kalian terhadap dua album tersebut?


Dave Mustaine : Untuk yang pertama, tentu saya tidak percaya bahwa fans kami di
Indonesia belum pernah mendengar sama sekali album “The World Needs A Hero”, karena sebenarnya dengan mudah bisa kalian dengar secara on-line melalui Napster. Begitu juga dengan semua album-album kami… jadi menurut saya bullshit kalo mereka belum pernah mendengarnya sama sekali!

Untuk yang kedua, ketika kami menggarap album Risk, kami berpikir bahwa waktu itu adalah saat yang tepat untuk merilis album tersebut sesuai dengan arahan yang kami dapat dari perusahaan rekaman kami dan pihak manajemen kita tentunya. Jadi kalau kita mau meniliknya, album tersebut bagi kami tetaplah great album dan juga bukan album yang kemudian mempertaruhkan popularitas Megadeth sendiri…

Tapi…

(belum sempat Musickita menyanggah Mustaine, pentolan Megadeth ini dengan halus berkata, “Let me answer your question, ok?”, dan ia pun kembali meneruskan jawabannya yang terinterupsi tadi)

Dave Mustaine : Apa yang kita lakukan sekarang adalah kemauan kita sendiri. Dan album “The World Needs A Hero” jelas mewakili jenis musik yang sekarang kita yakini, jadi kalau kamu belum mendengarnya… go to Napster dan bilang ke mereka untuk merilisnya di sini (Napster huh? - Red). Atau mungkin impor saja album tersebut dari mana saja, misalnya.

Sementara album “Cryptic Writings” juga merupakan konsep musik yang kita percayai saat itu, sesuai dengan arahan yang kita terima dari perusahaan rekaman dan pihak manajemen kita. Jika kamu membayar orang untuk me-manage karir musikmu maka kamu harus mendengarkan apa kata mereka. Nah, semenjak album tersebut tidak sesuai dengan yang kami harapkan… yah, kami pecat saja mereka dan cari manajemen yang baru, yang tidak mendikte konsep musik apa yang terbaik bagi kami, tidak memerintah. Dan kami sukses menggarap album tanpa harus ada pihak manajemen yang menunggui kami di studio… and we’re very happy about it! Yeah… mungkin kami kecewa dengan album tersebut, karena ternyata hanya terjual 10 juta keping dan bukannya 11 juta keping seperti yang kita harapkan. Ini semua sebenarnya tergantung dari mana kita menilainya, kok.

So, it’s all about marketing, huh?

Dave Mustaine : It is… semua itu emang (saling) berhubungan. Ketika album “Countdown To Extinction” memperoleh multi platinum, album kami lainnya yang tidak meraih multi platinum tentu akan terlihat mengecewakan karena itu seperti halnya… Ehm, kamu memiliki sesuatu yang bagus dan kamu mengharapkan yang selanjutnya akan lebih bagus dari yang sebelumnya. Bayangkanlah misalnya, Michael Jackson dalam album “Thriller” sukses menjual 13 juta kopi sementara album yang selanjutnya hanya terjual 8 juta kopi, tentu itu mengecewakan. Namun bagi beberapa orang, 8 juta keping pasti (merupakan) sesuatu yang sangat fenomenal, sementara bagi Jacko sendiri tentu mengecewakan. Jadi begitulah, kami tidak membenci album tersebut… I love Risk, saya pikir itu album bagus dan memiliki banyak lagu yang bagus didalamnya. But it’s not the kind of music that made us popular, it’s not the music that we’re famous for….!

Namun kenyataannya, banyak pula fans setia Megadeth yang kecewa dengan dua album itu, yang menurut mereka sama sekali bukan karakter musik Megadeth sebenarnya atau bisa dibilang un-Megadeth at all !

Jimmy De Grasso : Yeah, khusus mengenai Risk, saya pikir kamu juga harus tahu bahwa banyak orang yang sebelumnya tidak pernah menyukai Megadeth tiba-tiba saja kemudian datang ke konser kami dan secara tiba-tiba pula menyukainya. Dan mereka bilang, “Wow, kami tidak senang dengan album yang ini atau yang itu, tapi kami suka sekali dengan album Risk!” Jadi memang aneh, karena ternyata kami malah banyak mendapatkan fans baru dari album tersebut.

Jadi kamu juga menyukai album “Risk”?

Jimmy De Grasso : Oh yeah, absolutely!

Bagaimana dengan Al?

(Ketika Musickita.Com mengajukan pertanyaan ini kepada Al Pitrelli, tampak kemudian Dave Mustaine berbisik kepada Bella, sang moderator. Dave sendiri agaknya tak menyadari bahwa bisikannya itu terekam pula di tape recorder. Dave berkata seperti ini, “Bisakah kamu meminta para wartawan yang lain untuk bertanya?”)

Al Pitrelli : So, apa yang kamu ingin tanyakan kepada saya ?

Yeah, mungkin kamu bisa ceritakan proses awalnya kamu bisa bergabung dengan Megadeth ini…

Al Pitrelli : Well, Jimmy menelepon saya sehari setelah
Natal waktu itu, dan ia berkata bahwa Megadeth sedang memiliki masalah dengan gitaris mereka yang sebelumnya. Ia kemudian bertanya apakah saya bersedia untuk gabung dengan band dan membantu mereka. Bagi saya, Megadeth adalah salah satu band terbaik di dunia yang juga menjadi band favorit saya, you know. Sementara Jimmy sendiri adalah sohib dekat saya sejak lama… Jadi saya pikir tawaran itu adalah sebuah kesempatan besar bagi saya untuk bisa bergabung dengan sebuah band rock ‘n roll besar di dunia.

Saat saya menyatakan keinginan untuk bergabung, mereka semua menceritakan kepada saya segala macam permasalahan yang melanda band, mulai dari masalah dengan manajemen, perusahaan rekaman, bisnis manajer… pokoknya, problem’s everywhere! So, saya gabung dengan band dan langsung masuk studio untuk menggarap album baru bersama mereka, serta ikut memutuskan untuk membuat sebuah album heavy metal ala Megadeth lagi seperti sedia kala, dan tidak mempedulikan omongan semua orang. Seperti yang Dave bilang tadi, arahan-arahan dari pihak manajemen, perusahaan rekaman, bisnis manajer ternyata tidak menghasilkan imbalan yang sesuai dengan keinginan kita.

Ketika saya gabung dengan band, kita menggarap “The World Needs A Hero” yang sangat saya banggakan itu, dan selanjutnya mengganti semua orang di manajemen, perusahaan rekaman, manajemen bisnis, agensi dan semuanya yang berhubungan dengan Megadeth. And myself, you know, being changed as well!

Dave, saya pernah membaca resensi tentang album terbaru kalian di sebuah majalah dan kabarnya kalian kembali lagi ke konsep musik awal Megadeth. Bisa kamu ceritakan detailnya?

Dave Mustaine : Well, sebelum kita menggarap “The World Needs A Hero” kita melakukan banyak perubahan di dalam Megadeth. Kita pindah label rekaman, ganti manajemen band, manajer bisnis, bongkar pasang personel… intinya kita ingin kembali kepada format yang kita rasakan merupakan musik dari Megadeth yang sebenarnya. Sementara, saat kita mengutarakan hal tersebut pada gitaris kita sebelumnya (Marty Friedman - Red), ia menganggap bahwa dirinya ternyata tak bisa lagi bersama kita di Megadeth. Dan saat mendengarkan rekaman terbaru pada pihak manajemen label rekaman kita (Capitol Records - Red), mereka ternyata tidak menyukainya. Mereka lebih senang kita meneruskan langkah yang telah kita ambil dengan album “Risk”, yang mana hal itu malah beresiko kematian lebih besar.

Kita akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah album yang kita sendiri menikmatinya saat dimainkan. Now, on stage it’s very fun… Kita bermain selama 2 jam dan besok malam (31 Juli - Red) mungkin kita akan memainkan sekitar 25 lagu. Belum pernah kita main selama 2 jam, kecuali saat formasi Megadeth sebelum ini, saat Marty Friedman masih di dalam band, dan itu pun di Jepang. Makanya, kami kemudian merasa bahwa fans Megadeth di Indonesia sangat layak untuk mendapatkan (konser 2 jam) ini dari kami.

So, you guys now are back in the saddle?

Jimmy De Grasso : Back in the saddle…yeah, really, but that’s close…..

(Setelah itu wawancara dilanjutkan beberapa saat dengan beberapa pertanyaan dari wartawan kepada Original Production sebagai promotor dan Djarum Super sebagai penyelenggara)

Sekarang kita bicara tentang line-up dari Megadeth. Fans kalian di
Indonesia hingga kini amat sangat memuja formasi yang berakhir sepuluh tahun bersama Marty Friedman (gitar - Red) dan Nick Menza (drums - Red). Uniknya, masih banyak diantara mereka yang tidak mengetahui tentang susunan personel Megadeth yang sekarang dan mereka masih berpikiran bahwa Megadeth adalah Dave, David (Ellefson), Marty dan Nick. Lalu apa komentar kalian mengenai hal ini? Apakah ada jaminan bahwa Megadeth tidak akan mengubah line-up lagi di masa yang akan datang?


Dave Ellefson : Tentu saja tidak ada jaminan untuk itu! Tidak pernah ada jaminan dari hari pertama kita membentuk Megadeth ini, you know… Tapi, saya benar-benar menyadari bahwa kalian semua sudah sangat familiar dengan beberapa era dari Megadeth terdahulu, and that’s good… karena masa-masa itu adalah era yang bagus bagi Megadeth! Tetapi untuk sekarang, (formasi) ini adalah yang terbaik dari semuanya yang pernah kita lalui di Megadeth, yaitu dengan hadirnya Jimmy dan Al di dalam band. Hingga sekarang kita telah 2 bulan menjalani tur keliling dunia ini dan berbagai perkembangan yang terjadi di dalam band sampai sekarang sangat menakjubkan! Percayalah, karena saya sudah berada dalam band ini sejak hari kedua. Ha… ha… ha…

Okay, jadi saya sudah banyak mengalami segala sesuatu yang terjadi di dalam band ini setiap harinya. Baik itu konser, bernyanyi, menulis lagu, bekerjasama untuk menggarap album baru… semuanya, setiap hari kami lakukan untuk terus memajukan band ini. Saya secara pribadi malah lebih tertarik melihat fans kami di
Indonesia menyaksikan konser Megadeth dengan line-up saat ini dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

Kapan kalian berencana untuk pensiun dalam bermain musik?

Dave Mustaine : Pensiun? Kapan kita akan pensiun? Well, shit… selama Rolling Stones masih ada dan bermain band, kita nggak bakal pernah mau pensiun! Hahaha… We’re goin’ as far as we want! Ha…ha…ha…

(Esok harinya setelah sukses konser di Stadion Teladan, Medan, Musickita.Com sempat menemui drummer Jimmy De Grasso di Hotel Tiara untuk melakukan wawancara singkat dengannya sekaligus meminta konfirmasi langsung mengenai sebuah rumor yang santer beredar di luar negeri tentang veteran speed metal warrior yang legendaris ini)

Jim, apakah benar album “The World Needs A Hero” dan tur konser keliling dunia kalian saat ini merupakan album dan tur yang terakhir kalinya bagi Megadeth?

Jimmy De Grasso : Hey, kamu juga sudah tahu tentang rumor itu ya? No, definitely not! Pasti kamu mendapat kabar itu setelah membaca beberapa media yang mewawancarai Dave… Jujur saja, mereka semua salah kutip dan sebenarnya wawancara itu keluar dari konteks pembicaraan yang semestinya. Kita di Megadeth sekarang masih menikmati ini semua kok!

Jadi kamu memberi jaminan bahwa bakal ada album baru lagi nantinya setelah ini?

Jimmy De Grasso : Oh yeah, itu sih sudah pasti! Nggak cuma album baru, tapi juga tur keliling dunia lagi nantinya… Dan kami akan pastikan bahwa
Indonesia adalah salah satu negara tujuan tur konser kami pula nantinya, ha… ha… ha…

(Dan Megadeth formasi ini pun pada bulan April 2002 disbanded! Dave Mustaine gosipnya mengalami cidera pada tangannya. 2004 Megadeth come back dan Cuma menyisakan satu orang original member, Dave Mustaine. Dirilislah album “The System Has Failed” yang sebenernya merupakan utang Mustaine dengan label mereka, Sanctuary.) 

Berikut ini laporan Detikcom tentang konser mereka di Medan. Agak ngaco sih tapi tak mengapalah namanya juga Detikcom J

=================
Konser Megadeth:Horas, Indonesia!

Reporter: Is Mujiarso

detikhot -
Jakarta,"Horas, Indonesia, kita sudah lama tunggu untuk
(tampil) di sini..." Dengan menyentuh sentimen lokal lewat
gaya
khas
sapaan
Medan
seperti itu, Megadeth mengawali penampilannya di Stadion
Teladan,
Medan, Selasa (31/7/2001
) mulai pukul 21.30 WIB. Tanpa
banyak basa-basi, lagu The New Wolves pun mengaum garang.

Sambutan penonton tampak dingin. Maklum lagu pertama, suasana belum
cukup panas untuk membuat kaki berjingkrak mengikuti irama. Tapi,
setelah lagu demi lagu berikutnya menghajar tanpa ampun, suasana toh
tetap tak banyak berubah. Sekitar 5000-an penonton yang tersebar di
dua tribun --dari sekian tribun yang ada memang hanya dua yang terisi-
- dan bagian tengah lapangan.

Baru, setelah separo pertunjukan --setelah sekitar 10 lagu menggema--
dan tiga pintu masuk stadion dibuka, suasana mulai semarak. Ternyata,
justru para penonton tanpa karcis inilah yang benar-benar penggemar
maniak Megadeth. Mereka hapal lirik-lirik lagu kelompok pujaannya
itu, berjingkrak sambil berteriak-teriak hingga serak.

Jangan bayangkan bahwa sekitar 3000-an orang tanpa karcis tanda masuk
di tangan itu memaksa aparat untuk membuka pintu. Tak ada aksi dorong-
mendorong, apalagi menjebol gerbang. Mereka semua berlaku tertib dan
menunggu di luar, sebelum akhirnya panitia berkenan mengizinkan
aparat untuk membuka pintu gerbang dan membiarkan mereka masuk. Di
antara gelombang penonton "susulan" ini tampak ibu-ibu dan anak-anak.

Suara Perdamaian

Setelah jeda pertama, Megadeth kembali ke panggung dengan sebuah lagu
balada satir tentang perdamaian. Lagu ini berisi kritikan yang cukup
pedas terhadap kecenderungan peradaban manusia yang tak pernah benar-
benar berhenti berperang. Can you put a price on peace? Peace, Peace
sells..., Peace, Peace sells..., Peace sells...,but who's buying?
Peace sells...,but who's buying?

Selama dua jam, Megadeth menggeber 20 buah lagu yang diambil dari
album pertama hingga terbaru, The World Need A Hero yang menjadi
tajuk konser promo ini. Dari album terbaru ini, Megadeth menyanyikan
Moto Pshyco. Sedangkan dari album-album sebelumnya terdengar antara
lain Hangar 18, Angry Again, Trust, Tornado of Soul dan Symphony of
Destruction.

Konser berakhir pukul 11.30 WIB, ditutup dengan lagu Holly Wars.
Sepanjang pertunjukan, Dave Mustaine dan kawan-kawan hampir tak
pernah berkomunikasi dengan penonton. Tak atraksi panggung yang
istimewa, bahkan secara keseluruhan terkesan monoton. Tapi, penonton
tetap puas.

"Duet Dave Mustaine dan Al Pitrelli top banget, deh!" ujar Ria, 25,
seorang penonton asal
Jakarta
. Karyawan sebuah internet company itu
mengaku bela-belain cuti kerja untuk bisa menyaksikan kelompok trash
metal idolanya. "Saya memang penggemar Megadeth sejak dulu," ujar
perempuan yang kehadirannya di Stadion Teladan tampak mencolok di
antara sangat sedikit kaum hawa yang menyaksikan pertunjukan itu.

Ia mengaku puas dengan konser tersebut, tapi merasa kecewa karena
sepinya penonton. "Penggemar Megadeth dari
Jakarta
banyak nggak bisa
nonton, karena konsernya jauh dan bukan hari libur," ujar dia seolah
mewakili aspirasi penggemar Megadeth di Jakarta. Tidak hanya Ria,
kekecewaan akan sepinya konser Megadeth, sehingga terkesan kurang
meriah, juga membayang di wajah Erwin dari Kampusi Promo sebagai co-
promotor di
Medan
. "Waktunya mungkin memang tidak tepat," ujar Erwin.

Yang paling menggembirakan, konser berlangsung terbit dan aman. Tak
ada gejolak atau letupan sekecil apapun yang mengganggu jalannya
konser. Megadeth sendiri tampaknya cukup puas dengan penampilannya di
Medan
. Dave Mustaine sempat meneriakkan "terima kasih" untuk penonton
sebelum mereka benar-benar menghilang di balik panggung dan tidak
kembali lagi. (smu)



Megadeth's Set List (Stadion Teladan, 31 Juli 2001) :

1. Dread and The Fugitive Mind
2. She-Wolf
3. In My Darkest Hour
4.
Devil's Island
5. Hook In Mouth
6. Peace Sells...
7. Tornado Of Souls
8. Hangar 18
9. Sweating Bullets
10. Moto Psycho
11. Angry Again
12. Mechanix (The Four Horsemen)
13. A Tout Le Monde
14. Trust
15. Almost Honest
16. Crush 'Em
17. Disconnect
18. The World Needs A Hero
19. Kill The King
20. Use The Man
21. Into The Lungs Of Hell
22. Lucretia
23. Mary Jane
24. Simphony Of Destruction
25. Holy Wars....The Punishment Due



Facts :
Nama-nama samaran personel Megadeth di Hotel Tiara
Medan:

" The Steve Woods Family" <<<< Road Manager Megadeth
1. Mr. Blonde......Dave Mustaine 431
2. Mr. Pink........Al Pitrelli 531
3. Mr. Orange......David Ellefson 401
4. Mr. Black.......Jimmy De Grasso 601

Komentar

  1. dullu saya taunya dari reportevent bapak eben di majalah boardriders.. kalo saya taun 2001 masih kelas 2 sma.. heuheu..

    BalasHapus
  2. Sorry, karena agak berantakan bin amburadul maka postingan yang tadi terpaksa di-repost. Buat Bung Riki dan Reza silakan komentar lagi. Hehehe. Cheers!

    BalasHapus
  3. komen gue cuma koreksi kalau sepertinya dave fans berat tarantino bukan kubrick karena reservoir dogs adalah film tarantino.

    dan ya, karena kesibukan gue belum beli tiket sampe sekarang. besok harus diniatkan! di kantor ada ticket box ga, wen? *lagi males bergerak jauh-jauh..hehehe*

    BalasHapus
  4. seandainya bang wenz tiba2 bilang ke aku, "eh, temenin aku dibackstage nya ya, ntar jangan lupa motretin megadethnya"...hanya berharap :)

    BalasHapus
  5. yakk. saya komentar lagi nih?

    jadi tahun 2001 itu saya masih cupu berat dan naek kereta dari depok ke tebet. gak bayar pulaa.

    sekarang sih.. ya lebih cupu lagi.

    BalasHapus
  6. tahun 2001 kmaren gua cuman bisa nonton di TV doang hahahaha

    BalasHapus
  7. tahun 2001 kemaren saya baru lulus SMP! wakakakakak

    BalasHapus
  8. uuuhh tahun 2001 gue belum kerja..masih jadi pengangguran..ga punya uang untuk berangkat ke medan.. untung aja balik lagi..

    BalasHapus
  9. oya, dulu gue sempet baca tuh reportnya Eben di majalah richard itu kan ya? Kewl report!

    BalasHapus
  10. Thank you koreksinya, Rez. Tapi Mega Dave itu emang fans berat Kubrick juga karena dia sering manggil fansnya dengan Droogies ala Clockwork Orange gitu.

    Coba beli lewat RajaKarcis.Com aja, Za. Tiket langsung dianter ke rumah lu juga nanti.

    BalasHapus
  11. Hehehe... Bisa aja, fan. Gue malah gak kerja nanti tapi mau nonton 100%, udah pernah kerja 7 taun lalu di Medan, sangat melelahkan malah :)

    BalasHapus
  12. Hehehe... Bilangnya ke kernet kereta "Abo ya, mas" *sambil nyengir*
    Been there, done that, Rik :)

    BalasHapus
  13. Masih SMA dan udah menabung buat nonton. Eh, baru tahu kalo mereka ternyata malah main di Medan seminggu sebelumnya hahaha...gw sama temen2 gw sempet kesel gitu sama mereka X D
    Nabung ampe gila juga gak bakal boleh pergi ke Medan hihihi...

    BalasHapus
  14. Oh iya, bener. dia emang suka manggil fansnya 'Droogs' di tour diarynya. Kalo gak salah ada juga desain kaosnya yg gambarnya meniru logo Clockwork Orange tapi gambar si Alex deLarge yang pegang pisau itu diganti dengan Vic Rattlehead. Keren.

    Kembali ke topik, tahun 2001, gue baru masuk kantor dan belum boleh ambil cuti. Gak ada duit juga sih.hehehe.

    BalasHapus
  15. euhm, kerja ama mr wenz di medan, meliput juga?!

    saya org medan, dan ketika masih kelas 1 smp, masih gak ngerti soal permetalan dulu....
    tapi sekarang, pengen nonton langsung...uh

    BalasHapus
  16. Yoi, sempet disiarin tuh di RCTI, sebulan kemudian..

    BalasHapus
  17. Haha... Elo kan udah tua juga, ga. T.U.A.... :)

    BalasHapus
  18. Buat fans jauh dekat tarifnya sama, jar. :)

    BalasHapus
  19. Untung balik lagi dan kantor elo sekarang jadi media partner, Rick :)

    BalasHapus
  20. Tapi konser Megadeth waktu itu sebenernya hadiah dari Megawati yang baru aja di angkat jadi Presiden RI, lin. Dia gusur Gus Dur dan ngasih anak muda kado Megadeth! Walo di Medan juga :)

    BalasHapus
  21. kalo kayak gitu ketauannya boongnya lagi wen.

    jadi mesti sambil baca buku, sok serius, ngomongnya gak ngeliat ke mas-mas kondektur.

    BalasHapus
  22. Tahun 2001 masih di GADIS. Gak mungkin meliput Megadeth. Setan!
    Tapi akhirnya datang juga waktunya ya...
    Sialan, gagal interview. Wenz yg menggantikan...

    BalasHapus
  23. Padahal gue pas di Puncak kemaren udah pasrah, dib. Susah nyari warnet dan gak mungkin nyari data via memori gua hehehe... Untungnya doi orangnya ngambekan hahaha... Thank you lah.

    BalasHapus
  24. Pantesan gw nggak suka Megawati X P
    Anjing, bangsat, murah banget tiket mereka di Medan! Sayang, tiket ke Medan yang mahal haha...

    BalasHapus
  25. tiketnya memang murah. gue pegang voucher undangannya tuh gratis saja. jelek banget kaya undangan rt, fotokopian tapi ada stempel resmi dari eo-nya.

    tapi ke medannya ongkos sendiri... ngga mampu ah...

    BalasHapus
  26. Nice piece.... looking forward to see you bro on the 25th :-)

    BalasHapus
  27. bro gw jg k medan ...kyknya gw yg pjm negative foto u thx bro atas foto nya ...

    BalasHapus
  28. aku nonton itu lho..tiketnya gratis dari radio lagi..
    aku masih SMA dan gak ngerti ama megadeth sama sekali...yang kepikiran cuma kapan lagi liat bule jejingkrakan di atas panggung.. hehehe...
    Tapi rame buangget penontonnya..

    BalasHapus
  29. aku nonton itu potongan tiketnya juga masih ada dirumah dan aku simpan
    31 juli 2001

    aku juga saat itu ngak nyangka bakalan megadeth show dimedan

    hehehhehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKJ: SCHOOL OF ROCK [Editor's Cut]

LED ZEPPELIN Reunion 2007: The Full Report From David Fricke