SiCKO (2007) - Not Just Another Documentary from Michael Moore

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Documentary
Sutradara:
Michael Moore

Release Date:
22 Juni 2007

Genre:
Doku-drama

Runtime:
123 menit.



Michael Francis Moore memang sangat layak ditunggu-tunggu. And I adored him very much. Mulai dari filmnya The Big One, Bowling For Columbine, Fahrenheit 9/11 hingga yang satu ini tak ada yang mengecewakan dan tak akan pernah luput begitu saja dari pandangan saya pastinya. Terlepas dari segala macam kontroversi yang lahir setelahnya, SiCKO adalah film yang membuat saya dengan sangat terpaksa, sekuat tenaga mesti menahan diri untuk tidak menangis ketika menyaksikan salah satu scene menjelang bagian akhir film ini. Hebatnya, Moore tidak menjual melankolisme, patriotisme atau secara berlebihan mengekspos penderitaan rakyat kecil seperti yang sering kita jumpai di televisi-televisi Indonesia. Moore mampu menyentuh sanubari penonton dengan cara yang sangat cerdas dan witty. Ia berdialog dengan akal sehat dan hati nurani Anda!

Mungkin jika di kiri-kanan saya tidak ada siapa-siapa, saat itu dapat dipastikan saya akan termehek-mehek dibuatnya. Boleh katakan saya cengeng, tapi persetan! Anda harus menyaksikan dengan mata kepala Anda sendiri film ini dan silakan buktikan dimana kesalahan saya. Robert Smith pasti tidak setuju dengan tindakan ini tapi persetanlah dengan dia. Damn you, Bob :) Bahkan pacar teman perempuan saya di kantor saja bercerita bahwa cowoknya termehek-mehek pula gara-gara film ini. Bahkan pertengkaran tentang relationship diantara mereka saja saya yakin tidak akan menyulut tangis di kedua belah pihak. Ha!

Saya akhirnya bisa memahami mengapa para penonton premiere film ini di Cannes Festival 2007 bulan Mei silam kemudian memberikan standing ovation yang sangat panjang bagi film ini.

Oke, cukup sudah beromantisme. Sejak awal hingga akhir tiada satu pun scene di film ini yang tidak berguna. Semuanya layak renung! Seperti tagline sebuah layanan fast food jaman dulu, ”delicious to the last crumb,” Moore mampu mendelivernya dengan sangat sempurna. Seperti tradisi yang telah ia lakukan di film-film sebelumnya, tehnik editing, back-up footage mutakhir dan narasi yang diatur sedemikian rupa olehnya membuat setiap film dokumenter karyanya menjadi outstanding dan tiada tandingannya! Bagaikan remah-remah fakta yang sekilas nggak penting namun setelah dirangkai bagaikan puzzle menjadi sebuah tatanan logika yang sophisticated namun mengandung nilai kebenaran tingkat tinggi. Entah kebenaran versi siapa. Tidak penting juga.

Film ini mengangkat kebobrokan sistem kesehatan masyarakat di Amerika Serikat yang ternyata tak lebih baik dari negara bernama Indonesia. Dimana perusahaan-perusahaan penyedia jasa asuransi kesehatan disana berlomba-lomba untuk meraup profit besar dari penderitaan penyakit para pasiennya. Sebuah praktik kejahatan bisnis kesehatan yang super-keji (Jangan kaget, sistem yang sama juga tengah berkembang pesat di Indonesia belakangan ini!).

Korbannya kebanyakan working class, mulai dari tukang kayu, manula pensiunan, pasangan suami istri hingga para pahlawan tragedi 9/11 (pemadam kebakaran, polisi, dsb) . Hingga sekarang ternyata ada 50 juta warga AS yang tidak memiliki asuransi kesehatan dan yang telah memiliki bahkan kerap tertipu dan ditindas. Perangkat tindasnya adalah HMO (Health Maintenance Organization) yang dicetuskan oleh Richard Nixon di tahun 1973. HMO merupakan organisasi yang menyediakan asuransi kesehatan bagi rakyat AS dengan sindikasi bersama rumahsakit-rumahsakit dan dokter-dokter yang telah ditunjuk dan bekerjasama dengan HMO.

Alhasil, ternyata selama puluhan tahun rakyat Amerika banyak yang cacat, memburuk kesehatannya atau bahkan meninggal dunia karena kejinya sistem pelayanan kesehatan di sana. Gilanya lagi Moore bisa memberikan data bahwa usia kebanyakan orang AS ternyata jauh lebih pendek dibanding orang Perancis, Kanada dan…. Kuba. Ya, Kuba sebuah negara komunis bobrok terkutuk dan sangat dibenci oleh lintas rejim White House.

Modus Operandinya: semakin banyak klaim asuransi yang ditolak dengan alasan yang direkayasa maka semakin besar akumulasi profit yang diterima oleh insurance company tersebut. Profitnya ratusan juta dollar AS! Dan gilanya kejahatan asuransi ini ternyata diprakarsai puluhan tahun lalu oleh, none other than, Mr. President himself, Richard Nixon. Guna mendukung akurasi, Moore bahkan mampu menghadirkan rekaman percakapan nan ”clasified” yang terjadi antara Nixon dengan John Ehrlichman yang mempresentasikan sistem ini dulu. Plok, plok, plok!

Gara-gara film SiCKO ini saya tahu bahwa ternyata di Amerika Serikat tak ada pengobatan gratis bagi warga negaranya yang tengah sakit. Semuanya membayar dan bahkan dengan harga yang sangat mahal. Ada satu adegan mengharukan di film ini yang membuat pasangan suami istri manula yang tengah sakit terpaksa menjual rumah masa tua mereka dan hijrah ke rumah anak mereka dengan pandangan nan sinis dari sang menantu. Atau adegan nyata yang tertangkap kamera CCTV ketika seorang nenek renta yang tengah sakit dibuang dari RS dengan menggunakan taksi carteran hanya karena ia tidak mampu membayar tagihan (sounds familiar huh?).

Jauh berbeda dengan Kanada, Perancis, Inggris dan (sekali lagi) Kuba yang mampu menyediakan pengobatan gratis bagi seluruh warga negaranya sejak puluhan tahun lalu. “Kesehatan untuk semua!” Konsep health for all ini dulu ditentang keras oleh Ronald Reagan karena menurutnya identik dengan praktik dasar komunisme. Salah satu tokoh yang turut terpental dalam melakukan aksi advokasi demi perubahan kesehatan masyarakat AS adalah kandidat Presiden AS Hillary Clinton. Sempat awalnya saya menduga bahwa Moore merupakan pendukung Mrs. Clinton dengan menggelar kampanye terselubung murahan lewat film ini, tapi ternyata saya salah. Besar.

Untuk membutikan betapa jauh lebih baiknya sistem kesehatan di Kanada, Perancis, Inggris dan Kuba, Moore kemudian terbang ke sana. Seperti istilah anggota-anggota DPR RI kita, ”melakukan studi banding.” Bedanya, Moore menggunakan uangnya sendiri, bukan uang rakyat, dan benar-benar melakukan studi banding, bukannya malah plesir atau belanja-belanja brengsek. Ia menemukan bahwa di Inggris untuk melahirkan anak di RS pasangan suami-istri berkulit hitam bahkan tidak harus membayar sesenpun.

Mereka malah menertawakan Moore karena bertanya tentang invoice atau bukti pembayaran atas layanan kesehatan yang telah diterima pasien. Moore tak percaya dan sempat mencari bagian kasir RS. Ketika menemukan kasir, ia justru shock karena bagian kasir itu bukan untuk pasien membayar tagihan melainkan untuk pasien yang usai berobat dan tidak punya ongkos transport pulang. No money comes in instead, it’s going out! Ya, pihak RS malah ngasih ongkos pulang bagi pasien mereka. Hahaha.

Di Perancis lebih edun lagi. Selain pelayanan kesehatan gratis, dokter-dokter gratisan bahkan datang ke rumah-rumah pasien setelah menerima pengaduan sakit via telepon. Dengan mobil bersirene bak polisi mereka sambangi satu-persatu rumah pasien dengan sangat ramah dan berdedikasi tinggi. Edannya lagi, Perancis bahkan menyediakan pembantu yang digaji oleh pemerintah khusus untuk mencucikan pakaian warga negaranya yang sedang sakit atau membutuhkan. And this is no fucking kidding!

Moore juga menemukan fakta bahwa tak seluruhnya sistem pelayanan kesehatan masyarakat di AS itu buruk. Paling tidak Very High Security Prison yang terletak di Guantanamo Bay yang menjadi ”sarang teroris apes” terbukti memiliki layanan dan tim medis berikut perlengkapan yang jauh lebih canggih dibanding katakanlah RS di New York sendiri. Dimana para calon pasien mesti menunggu berjam-jam lamanya untuk mendapatkan pelayanan di......UGD! Pemerintah Amerika terkesan jauh lebih sayang dengan teroris kelas kakap dibanding warga negara atau pahlawannya sendiri. Sad but true.

Adegan yang kontroversial adalah ketika Moore mengajak serombongan pesakitan yang notabene para pahlawan 9/11 untuk berobat ke Guantanamo Prison di dekat Kuba. Mungkin karena terlalu demonstratif, rombongan pesakitan VIP ini justru diacuhkan di Penjara Teroris Kelas 1 tersebut. Tidak frustrasi karenanya, Moore alih-alih malah membawa mereka semua berobat ke Kuba. Gila, Moore orang gila! Hahahaha.....

Bagi sebagian besar warga AS, imej Kuba kini mungkin sekadar negeri komunis miskin yang bandel di seberang Teluk Babi. Namun ternyata para pahlawan 9/11 ini justru menerima layanan kesehatan yang sangat baik dan manusiawi di sana. Ini berbanding terbalik dengan janji-janji gombal sebelumnya dari George Pataki, eks-gubernur New York bagi para pahlawan 9/11. Seorang pasien menemukan obat inhaler yang sangat dibutuhkannya di AS dijual mahal seharga US$237 per buah ternyata di Kuba hanya seharga 5o sen saja per buahnya. Anda niscaya mampu merasakan pula kondisi psikologis terendah orang Amerika begitu melihat adegan tersebut. Berobat ke Kuba adalah sebuah penghinaan besar, mungkin kira-kira begitu.

Intinya, saya yakin ketika menyaksikan film SiCKO ini Anda akan menjadi malas beranjak kemana-mana. Bahkan untuk urusan seremeh-temeh seperti kencing sekalipun akan tombol pause yang Anda sering eksekusi. Sebuah film dokumenter yang dahsyat, lagi-lagi dari Michael Moore, seorang Francis Ford Coppola politik!

In the mean time, setelah menyaksikan film ini saya terpaksa harus mendesain ulang masa depan dan mengurungkan niat untuk hijrah dan menjadi WNAS bersama future family ke Amerika Serikat. Mungkin lebih baik ke Kanada, Perancis atau Inggris. Namun tentu saja tidak ke...Kuba. I hate Fidel very much! :-) (wenz rawk)




Best Soundtrack Moments:
Scene di London dengan sayup-sayup “Street Fighting Man” – The Rolling Stones di belakangnya.

Closing credit – “I’m Alone Without You” dari Tom Morello (The Nightwatchman)


Best Quotes from SiCKO:

“An educated, healthy and confident nation is harder to govern.”

“We're not going to Cuba! We're going to America!”

“In the mean time, I'm going to get the government to do my laundry.”

Komentar

  1. canada, france and UK made it through.

    kudos buat om michael di film ini. gue sekarang lagi berpikiran gimana caranya jadi orang canada..

    BalasHapus
  2. jd pengen nonton.
    donlod dulu ahh... :D

    BalasHapus
  3. moore investigatif bgt wenz, terus terang gua juga mewek lihat ending film ini.US bukan dreamland memang,sicko! NIce review, btw.

    BalasHapus
  4. Di film ini ada kok cara praktis menggaet cewek Kanada, Rik. HowToHookACannuck.com apa kalo gak salah :) Tapi coba dipanteng aja closing credit film ini. Alamat website yang akuratnya ada tuh. Gue kayaknya ke Inggris aja, Rik. Banyak rock clubs di sana hehe.

    BalasHapus
  5. Thanks, Wis. Bener banget, "investigatif". Itu satu kata yang lupa gue pake di review gue ini. Tim investigasinya pasti gawat berat dan mahal banget nih.

    BalasHapus
  6. thanx for the kick ass review wenz.
    akhirnya g udah ntn film ini.
    keren.
    ngga kebayang sebelumnya kalo ternyata states itu begitu sadis.
    g hrs mikir2 lagi buat nyari kerjaan di sana neh.
    kebayang, americans aja diperlakukan bgitu, apalagi imigran?

    setuju sama riki, kayanya canada lebih ok, walaupun income tax bisa sampe over 30%, tp kan health care udh terjamin. dan living cost tidak semahal eropa or pulau yg sekarang g tinggalin ini: bermuda!

    tp lu bener juga wenz, kalo di inggris music scene nya asik. bisa ntn konser tiap minggu :P

    BalasHapus
  7. Haha gue suka banget tuh sm adegan yang dia ketemu dokter di Perancis itu..yang ternyata harga rumahnya jutaan dollar sama mobil audi yang pasti mahal itu..keki banget tuh pasti Americans!

    BalasHapus
  8. Damn, gue mesti cari di mana ini wenz?
    Harus di mangdu?

    Karena sudah dicoba tanya kesana-kemari nggak ada yg jual.

    BalasHapus
  9. Oya? Kalo versi original mungkin belom ada karena emang baru rilis di sana. Kalo bajakan seharusnya ada dimana-mana sih, banyak juga yang jual. Coba di Kemang Food Fest mereka punya lapak bajakan di sana :)

    BalasHapus
  10. Hahaha. Lapak pojokan tersebut yah? =D

    Ya nanti dicoba.
    Thxalot.

    BalasHapus
  11. Yoi, Perancis punya dokter pegawai negeri tapi rumah dan mobilnya mewah. Kalo di sini pasti hasil korupsii hehehe

    BalasHapus
  12. bagemana kalo ke UK saja?

    trimakasi bwt reviewnya..

    jadi, marilah kita menyehatken masyarakat dan memasyarakatken kesehatan..

    BalasHapus
  13. saia sudah menontonnya di jiffest....
    sangat amat teramat keren...
    american dream???huh...
    gw akan menggantikannya dengan uk/france/cuba dream....hihi
    ternyata amerika sama aja bobroknya ama indonesia

    BalasHapus
  14. tapi ada adegan yang di cut ya wen pas mereka mau kepenjara itu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKJ: SCHOOL OF ROCK [Editor's Cut]

LED ZEPPELIN Reunion 2007: The Full Report From David Fricke