Bom Waktu & Konser Maut


Tragedi konser metal maut di Bandung sebenernya bisa terjadi di mana saja dan kapan saja di Indonesia ini. Setelah sebelumnya konser-konser band mainstream yang menelan korban (Sheila On 7, Padi, Ungu) dan kita sering ”ngejek” karena ternyata yang ”menye-menye” jauh lebih ”membunuh” dibanding yang rock, akhirnya sekarang kejadian juga di musik yang kita senangi.

Sepertinya kita terlalu menganggap remeh dan lupa bahwa sebenarnya malaikat maut juga sudah mengintai konser-konser underground. Banyak ”bom waktu” sudah ditanam di berbagai venue konser seperti ini di seluruh Indonesia. Memang sepertinya tinggal nunggu momentum dan venue yang tepat untuk diledakkan saja.

Sudah menjadi rahasia umum juga kalo sejak puluhan tahun yang lalu organizer konser-konser indie/underground yang melibatkan ratusan atau ribuan penonton rata-rata tidak menganggap serius atau menyiapkan hal-hal di bawah ini:

  1. Tim medis, ruang medis atau mobil ambulance apabila terjadi insiden seperti ini.
  1. Akses masuk-keluar venue dan pintu darurat buat penonton yang nggak diperhatikan serius atau diprioritaskan. 
  1. Kapasitas venue yang tidak diindahkan organizer.
  1. Pembawa acara atau MC setelah konser berakhir tidak memberikan instruksi lewat pengeras suara bagi para penonton yang akan keluar dari venue
  1. Tim keamanan (peace patrol) yang jumlahnya memadai, terlatih dan paham apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat. Karena sebenarnya tidak perlu mengerahkan banyak polisi juga. Yang terpenting adalah tetap berkoordinasi dengan mereka.

Dan ”bom waktu” itu akhirnya kemarin meledak juga di Bandung. Menelan korban jiwa 10 orang yang rata-rata kehabisan napas dan terinjak-injak. Kebanyakan masih remaja ABG pula. Sangat menyedihkan dan disesalkan pastinya. Tidak seharusnya juga ada orang mati sia-sia setelah nonton konser!

Sebagai penonton konser yang telah membayar tiket mereka tidak berhak mati, mereka malah berhak untuk bersenang-senang!

Kita semua langsung terkaget-kaget dan seperti nggak percaya kalau jenis musik death metal ternyata bisa berdampak secara harfiah seperti ini.

Pihak Enk Ink Enk sebagai organizer menurut gue sebenernya ketiban apes aja. Apes karena ternyata ”bom waktu” itu meledak di konser yang mereka selenggarakan. Padahal selama sekitar 15 tahun ada konser-konser sejenis semuanya seperti berlangsung ”aman-aman saja.”    

Gue percaya nggak ada satu pihak pun yang mengharapkan tragedi ini terjadi, termasuk pihak Enk Ink Enk sendiri. Karena mereka pun menyelenggarakan konser ini bukan untuk mengeruk keuntungan besar-besar tapi lebih karena semangat untuk mendukung band-band lokal dan gerakan musik underground itu sendiri.

Berapa sih keuntungan yang di dapat dari penyelenggaraan konser underground dengan harga tiket Rp. 10.000 seperti ini? Hampir tidak ada! Bisa jadi mereka malah merugi terus. Belum lagi jarangnya sponsor komersial yang mau mendukung proyek konser idealis seperti ini.

Lalu kenapa konser-konser seperti ini berlanjut terus?

Karena kita senang dan ingin terus bersenang-senang dengan musik ini tentunya. Senang kalau band-band teman kita yang bagus menjadi maju, lebih dikenal dan memiliki fanbase besar. Senang kalau teman-teman kita yang menggemari musik seperti ini bisa terhibur dan having a good time. Senang kalau kebudayaan ini bisa menjadi alternatif bagi publik untuk terhindar dari keseragaman jenis musik yang bahkan bisa merendahkan martabat sebagai manusia.

Lalu apakah kemudian organizernya bisa kaya? Tidak juga pastinya. Kalau kata dedikasi dianggap terlalu muluk tapi memang seperti itulah keadaan yang sebenarnya. Saya angkat topi setinggi-tingginya untuk organizer-organizer konser ini. Tanpa kerja mereka semua sudah pasti rock show punah dari negeri ini!

Buat orang awam gue yakin bakal susah untuk dimengerti alasannya. Begitu juga buat orangtua, polisi, gubernur, walikota dan birokrat-birokrat uzur lainnya. Selain korupsi mereka memang nggak akan pernah bisa mengerti apa yang anak-anak muda ini lakukan.    

Polisi malah hanya bisa menuduh tanpa dasar kalau panitia konser ini ”membagi-bagikan alkohol kepada para penonton.” Tuduhan yang sangat tolol dari aparat kepolisian kita tentunya. Dan setelah otopsi dilakukan ternyata tidak terbukti dan mereka pun kembali belagak bego. Sejak kapan organizer konser bertiket murah bisa menjadi sinterklas?

Tujuannya pasti hanya untuk mendiskreditkan fans musik rock yang selalu distereotipkan akrab dengan alkohol dan narkotika. Mereka lupa atau belagak bego kalau di konser-konser dangdut tak hanya alkohol dan narkotika saja yang beredar, namun juga golok, celurit dan berbagai senjata tajam lainnya :)  

Karena publikasi tentang tragedi ini sudah sangat meluas ke dalam dan luar negeri, bahkan sudah jadi ”insiden internasional” (Blabbermouth, BBC, AOL, Yahoo, MSNBC, Reuters) maka gue prediksi ini yang akan terjadi selanjutnya di scene musik lokal kita nantinya:

  1. Konser-konser band rock/metal internasional di Indonesia akan kembali mengalami kemunduran. Pihak booking agency artis-artis ini akan sangat cerewet mempertanyakan profesionalisme promotor lokal atau malah sepihak membatalkan kontrak-kontrak show di Indonesia. Alasan gampangnya mereka nggak akan mau menjadi kambing hitam apabila insiden yang sama terulang!   
  1. Para orangtua akan segera melarang anak-anak mereka yang masih ABG untuk datang ke konser-konser musik terlepas apapun itu jenis musiknya. Mereka sudah melihat mimpi buruknya langsung via televisi!
  1. Kepolisian akan melarang atau sangat memperketat keluarnya izin penyelenggaraan konser musik (khususnya rock/metal). 
  1. Pemerintah daerah akan mengeluarkan seribu satu macam alasan untuk melarang penggunaan venue publik bagi aktivitas anak muda yang berhubungan dengan musik rock.
  1. Sponsor-sponsor komersial akan menarik dukungannya bagi penyelenggaraan konser musik rock karena takut terkena imbasnya apabila terjadi insiden serupa.
  1. Banyak EO/promotor rock yang gulung tikar dan berubah menjadi promotor dugem karena lebih menguntungkan dan indah secara visual :)
  1. Band-band rock indie/underground akan kesulitan mencari panggung.
  1. Dan akhirnya scene musik rock lokal pun mati dengan sendirinya haha.


Tapi tenang saja....

Negara ini sudah sangat terkenal karena hangat-hangat tahi ayamnya. Ketika tanah makam para 10 korban ini belum mengering dijamin semua pihak di atas juga akan cepat lupa dengan tragedi ini. Semua larangan akan dilanggar dan semua upaya antisipasi tidak akan dipedulikan lagi. Semua akan kembali berjalan ”normal” seperti sedia kala nantinya.

Yah, minimal sampai ”bom waktu” yang lebih besar lagi meledak dan rekor korban jiwa terpecahkan nantinya. Bukankah 10 korban tewas di konser Ungu di Pekalongan hanya berselang 1 tahun saja dengan tragedi Bandung ini?

10? 20? 30? 100? 200 orang mati di konser rock? Bukan tidak mungkin.


Ini Indonesia, bung!

++++++++++++++++++

 

 


Kalau ini Amerika Serikat maka ini hak para penonton konser di sana:

  1. Hak untuk menikmati konser dalam lingkungan yang aman.
  2. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari panitia, keamanan dan performers terlepas dari apapun yang berhubungan dengan SARA.
  3. Hak untuk mendapatkan informasi tentang kewajiban-kewajiban bagi pemegang tiket dan menaati segala peraturan yang berlaku di venue.

Jika Anda sepakat ini bukan Indonesia maka seharusnya kita melakukan hal-hal dibawah ini di masa depan:

Event Organizer/Promoter

  1. Menyediakan tim medis, ruang medis dan mobil ambulance.
  2. Tidak menjual tiket melebihi kapasitas venue (80% terisi, 20% kosongkan).
  3. Menginformasikan tata letak venue dan letak pintu darurat di tiket.
  4. Menginformasikan peraturan selama konser berlangsung di tiket.
  5. Menginformasikan kepada penonton etiket di mosh-pit sebelum atau selama konser berlangsung.
  6. Menginformasikan bahaya aksi stage-diving atau crowd surfing.
  7. Menyediakan tim keamanan konser yang memadai, terlatih dan berpengalaman.
  8. Memperhatikan ventilasi dan sirkulasi udara yang baik bagi penonton.
  9. Suka atau tidak suka, menjalin koordinasi dengan polisi atau aparat keamanan selama dan setelah konser berlangsung.
  10. Apapun yang terjadi di luar venue jangan membuka pintu masuk jika venue sudah 80% terisi. Hormati pembeli tiket, jangan hormati para penonton jebolan!

Performers

  1. Menginformasikan kepada penonton etiket di mosh-pit sebelum atau selama konser berlangsung.
  2. Menginformasikan bahaya aksi stage-diving atau crowd surfing.
  3. Segera memberhentikan konser jika terjadi keributan atau kerusuhan di mosh pit.
  4. Menciptakan kondisi yang kondusif selama konser berlangsung.
  5. Melalui website-website band lakukan edukasi bagi para fans yang akan datang ke konser Anda.

Audience

  1. Membeli tiket.
  2. Jangan lupa membawa identitas diri (KTP, KTM) jika pergi ke konser.
  3. Jangan lupa makan dan minum secukupnya sebelum ke konser (apalagi jika konser di outdoor).
  4. Taati peraturan yang berlaku selama konser berlangsung. Semuanya dibuat dengan alasan dan tujuan yang jelas: Demi konser yang aman dan nyaman.
  5. Jika mengonsumsi alkohol sebelum ke konser pastikan takaran yang bijaksana :) Banyak silly things bisa terjadi jika kita mabuk di konser. 
  6. Paham bahaya dan konsekuensi jika terjadi kegagalan melakukan moshing, stage diving atau crowd surfing.
  7. Segeralah menolong jika ada siapapun terjatuh di mosh pit.
  8. Hindari penggunaan aksesoris yang dapat melukai orang di mosh-pit.
  9. Kenakan earplug (jika ada).
  10. Jangan ikut-ikutan berkomplot untuk menjebol pintu masuk. Tolol!
  11. Untuk apa nongkrong di depan pintu masuk? Pastikan tujuan datang ke konser hanya untuk menikmati konser. Nongkronglah di kakus atau tempat nongkrong yang semestinya :)  

Komentar

  1. speechless gue baca tulisan ini.
    turut berduka cita.

    desek-desekan gt blom terhitung banyaknya pelecehan ya..

    btw, massanya beside banyak juga ya.
    hebat.

    BalasHapus
  2. setuju...untunglah bom waktu itu tidak meledak saat saya getol-getolnya mendatangi konser musik rock, tp bung Wendy benar dampaknya sangat dahsyat...saya yang sudah membeli tiket pesawat PP Sby-Jkt lengkap dengan tiket Incubus untuk konser Maret nanti TERANCAM BATAL!!!! Oh Tuhan mohon sadarkanlah ibu-bapak hamba supaya memberi ijin anak gadisnya ini berangkat menunaikan kewajiban melihat Incubus secara live. amin...dan juga semoga tidak mati sia-sia dalam prosesnya..amin...semoga arwah-arawh sodara kami yang meninggal kemarin Kau terima di sisi-Mu..amin...

    BalasHapus
  3. hmm.. begitulah. gw juga kemarin diskusiin berita ama temen gw, emang ga mungkin banget ada pembagian minum gratis. bersembunyi pula dibalik alasan kapasitas gedung yang cukup. udah jelas kita kekurangan gedung konser yang bagus. sebetulnya ini juga ada unsur kelalaian polisi kok. gw denger dari sebagian gosip yang beredar kalo justru pas desak-desakan itu juga terjadi karena polisi ngga' bisa nahan masa. kita juga tau, berapa kita harus bayar keamanan untuk ngadain konser. ini emang pas aja lagi sial semua. efek sesudahnya itu yang kita mesti liat dan tunggu dan berharap semua kemudian memang akan baik-baik saja. juga belajar dari pengalaman tentunya karena semua udah kejadian.

    BalasHapus
  4. wah list wajib buat para EO musik..,..
    sudah terlalu banyak pengalaman kayak gini,,, tapi kenapa masih aja berulang yah :(


    BalasHapus
  5. Konser musik underground yang selama ini gw agung2kan (karena tidak pernah menelan korban jiwa) ternyata sudah menelan korban.... 10 org tewas dan salah satunya wanita!

    Menyedihkan! Tapi bwt gw mereka tidak tewas sia-sia...
    mereka tewas dalam perjuangan mereka mendukung pergerakan underground di tanah air!

    Gw salut sama Bandung (dan semua orang yg datang pada mlm itu), atas dukungannya akan Band Lokal!

    BalasHapus
  6. hmm.. sori nih. tp gw yakin, kebanyakan dr mereka dateng tanpa meng-ekspektasi resikonya. mereka dateng karena yakin acaranya akan aman (tokh terbukti sebelumnya acara underground gak pernah memakan korban) coba kl mereka tau bakal seperti ini, realistisnya belum tentu mereka dateng.

    gue setuju soal datang dan berjuang mendukung pergerakan underground, tp biar bagaimanapun juga sungguh ironis bila ada yang tewas menggenaskan di atas hal yang mereka sungguh cintai, yang selama ini justru mereka perjuangkan.

    biarlah semua ini jadi pelajaran semua pihak, baik penonton, EO, band, dll... dan jangan sampai terulang lagi, baik dlm scene musik underground maupun mainstream.

    musik_ apapun jenisnya_ seharusnya menghidupkan, bukan mematikan.

    Cheers,
    Thera

    BalasHapus
  7. Sorry... Lo bener ther, mereka memang datang tanpa ekspektasi resiko-nya. karena memang selama ini tidak pernah terjadi hal2 seperti ini dlm konser underground. maksud gw adalah demi untuk menyaksikan band kesayangan, mereka rela berdesak2an, dengan resiko yg besar.
    That's what i call Spirit!

    Ini memang musik yang MEMATIKAN, tapi, bukan berarti harus menelan KORBAN!

    thx for the reply... and correction

    regards,

    BalasHapus
  8. geblek yaa...huhuhu..gw si emang uda tau busuk2nya si enk ink enk..( sorry to say ) dari tiap acara yg dia bikin ga pernah ada yg beres..ini pengalaman pribadi gw ama enk ink enk...dia yg bikin launchingnya olive tree soalnya dan gagal total!!!! huh...

    BalasHapus
  9. mungkin memang harus ada kejadian seperti ini dulu ya supaya orang2 (EO, performers, penonton) lebih antisipasi dan introspeksi..

    BalasHapus
  10. setuju...kecuali lagu gugur bunga, itu beneran buat mengiringi kematian...heheuuhue...

    maap, just kidding xD

    BalasHapus
  11. sudahlah..jangan saling menyalahkan, ga ada manusia yg sempurna..

    tempo hari saya ke AACC untuk menonton acara a tribute to Metallica, lumayan banyak yg datang, dan tiket pun harganya ikut naik, mungkin ada niatan dari panitianya untuk mencegah pengunjung yg datang dengan cara yg lebih halus. tapi ada beberapa orang pengunjung bahkan seorang artistnya yg mengumpat tidak setuju dengan cara begitu..well, kejadian maut maupun tragis tidak ada yg bakalan tahu..kita hidup di dunia yg ganas bahkan sebuah hiburan pun dapat mendatangkan kematian..
    mungkin pada acara tersebut antusiasme dan dahaga para metalhead kota bandung cukup besar dan sangat, sehingga ketika dihargai tiket 10.000 untuk suatu peluncuran album band sehebat beside adalah wajar jika pengunjungnya bejibun banyaknya..
    saya yakin semua yg menjadi korban nyawa maupun korban selamat tidak menginginkan hal tersebut terulang lagi. sepanjang perjalanan sejarah karir saya mengunjungi setiap gigs (mulai dari GOR Saparua, Dago Tea House, GOR Bulungan, Tenis Indoor senayan, Pantai Karnaval/Festival hingga AACC dan Kafe Laga) pun belum pernah saya menemui kejadian tragis seperti yg di AACC tersebut. DiUnderground gigs, apabila ada seorang yg terjatuh ditengah arena moshing, maka yg lain akan membantunya untuk berdiri, komunitas tersebut ada atas dasar kebersamaan, komunitas tersebut berangkat dari pemikiran yang sama, sehingga ketika ada kejadian tragis seperti itu bagi saya sangat mengherankan!!
    Sebrutal-brutalnya para metalhead tersebut, tidak sebrutal para penggila bola disenayan sana yang seolah-olah akan berangkat perang dengan membawa senjata lengkap dari parang hingga balok kayu.
    Semua sadar! Tak ada gunanya disesali, mari kita jadikan bahan untuk belajar, instropeksi diri, dan juga batu pijakan bagi kita semua agar dapat mengadakan acara-acara serupa tanpa ada embel-embel kematian! Terakhir saya yakin, mungkin ijin-ijin untuk mengadakan acara-acara serupa akan semakin sulit untuk didapatkan dan disitulah otak-otak kreatif bermunculan karena berpikir bahwa menyesalinya adalah hal yg bodoh.

    Terima Kasih & Tetap Semangat!!

    BalasHapus
  12. Ini banget yang diomongin sama anak2 di Bandung setelah insiden berlangsung. Prosedur pengamanan kegiatan yang melibatkan masyarakat umum di Indonesia kayaknya emang nggak pernah diliat sebagai masalah yang serius. Jangankan di konser musik cadas, acara pembagian beras aja bisa rusuh dan memakan korban jiwa. Mulai dari pertandingan sepakbola, kampanye partai, demonstrasi, sampe acara 17an, hampir semua acara yang melibatkan massa dalam jumlah banyak selalu ada resiko jatuh korban. Kayaknya sayang banget insiden di Bandung yang makan korban 11 orang nggak bikin kita belajar buat bikin acara2 yang lebih aman dan beradab buat semua orang..

    BalasHapus
  13. Oh iya Wen, artikelnya boleh gua sebar ke temen2 yang laen yah..sekalian masukin arsip commonroom...

    BalasHapus
  14. Bener juga lu, Taf? Gila, kalo dipikir2 semuanya rusuh ya? Nggak beradab banget negara ini ya?

    BalasHapus
  15. Siap! Silakan, Taf. Dengan senang hati lah. Terus acara dialog sama Kapolda di Dago Tea House kemaren hasilnya apa nih? Penasaran juga gue..

    BalasHapus
  16. Cadas di Indonesiamah. Demonstrasi mahasiswa 1998, korban 9 dan semua anak muda. Di Bandung, kemaren korban 11. Anak muda juga semuanya. Gokil Wenz...korbannya selalu anak muda. Mustinya memang semua konser bisa dibikin dengan aman. Soalnya kita semua punya hak buat nonton apa aja yang kita suka dengan beradab. Tapi di Indonesia kayaknya rada2 nggak mungkin...kemaren Remy bilang kita masih primitif soalnya..hehehe...

    BalasHapus
  17. Gua belom bisa nulis terlalu banyak, tapi yang penting semua pihak sadar banget kalo kita harus belajar sesuatu dari insiden ini. Jangan sampai 11 korban meninggal sia-sia. Pihak2 terkait harus bertanggung jawab sesuai dengan bobot kesalahannya. Kalau ada yang lalai, mustinya ada pertanggung jawaban hukum.

    Semua punya posisi yang sama. Mau panitia, anak band, polisi, atau pemerintah. Mustinya pertanggungjawabannya jelas. Pak Yesmil bilang supaya insiden seperti ini bisa menjadi catatan untuk ketetapan hukum. Dia bilang ini bukan kasus kriminal. Ini masalah kelalaian dalam pengelolaan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Yang harus dicari adalah siapa yang telah lalai dalam menjalankan tugasnya ketika kegiatan ini berlangsung.

    Pak Masrion bilang jangan sampe insiden ini jadi membelenggu kreatifitas anak muda di kota Bandung. Walaupun anaknya udah meninggal, dia pengen anak muda nggak kapok. Maju terus pantang mundur! Dia bilang begitu di depan penonton acara dialog publik kemaren. Sementara itu Pak Tisna juga menyatakan kalau mustinya pemerintah yang belajar ke komunitas anak muda kota Bandung yang sedari dulu konsisten berkarya, walaupun berada di tengah-tengah situasi yang sulit.

    BalasHapus
  18. Gue pikir sih sekarang udah saatnya bikin LSM untuk edukasi penonton konser tentang keamanan & kenyamanan nonton konser. Semacam Crowd Safety Management program gitu. Setelah 21 orang tewas dalam dua tahun seharusnya itu bisa jadi trigger yang bagus tuh. Remy Silado ngomong juga ya? Setelah FFI 2006 fiasco gue sebenernya agak males sama bapak tua satu itu hehehe...

    BalasHapus
  19. Salut sama Pak Masrion yang bisa ngomong kayak gitu ya. Kalo di luar negeri gue jamin doi udah nuntut organizer jutaan dollar tuh :) Thanks penjelasannya, Taff....

    BalasHapus
  20. Hehehe..Remy bilang musik underground di Indonesia rootsnya gak jelas dan nggak menghasilkan karya-karya yang punya kesadaran estetis dan politis. Doi bilang nggak kontemplatif. Buat dia apa yang dibikin sama temen2 cuma ikut-ikutan, asal keren dan ribut2 doang...kayaknya doi emang udah makin tua...heheheh...

    BalasHapus
  21. Ya, dia semakin tua dan kolot hehe. Dasarnya dia nilai seperti itu sangat bisa didebat tuh karena berasumsi tanpa pernah mengalaminya (denger musiknya, nonton shownya, pegang CDnya, interaksi dg crowdnya) adalah sama aja dengan konyol dan bodoh. Ha! Di film juga doi sama geblegnya ketika ikut milih "Ekskul" sbg Film Terbaik 2006. Yah, Remy Silado udah impoten oops... maksudnya inkompeten! :)

    BalasHapus
  22. makasi yaw udah berbagi cerita di riot hehehe. menurut gue, penonton-pengisi acara-penyelenggara di indonesia memang harus belajar untuk bikin konser yang oke buat bersenang-senang tanpa harus ada korban jiwa. selain itu, ga pake pelecehan seksual buat cewek2 yang dateng. asli kadang2 gue suka males dateng ke acara2 kayak gitu karena udah parno duluan hehehe. tapi kabar -kabur yang beredar, musibah itu terjadi karena panitia yang menjual tiket lebih banget dari kapasitas, sehingga yang udah beli tiket tetap memaksa masuk (wong udah beli tiket), sementara yg didalam udah kekurangan oksigen. daaan...memang benar adanya peredaran minuman keras didalam venue. walo sampai sekarang masih diusut apakah dari eo atau sisipan penontonnya. selain itu, tragedi ini jadi bikin beberapa acara di bandung berubah atau malah dibatalkan. bahkan di bandung sendiri pihak2 sekolah melarang musik2 keras untuk ada di pensi. di jkt juga beredar kabar kalo band2 dr bandung ga boleh main di jakarta karena takut rusuh kayak tragedi kemaren. ih.. sebel deh... yang udah ya udah, yang penting kan kita cari cara biar ga keulang lagi. tapi jgn menyamaratakan semuanya dong hiks hiks hiks.. *maap jadi esmosi*. wenz, bener ga sih kabar-kabur nya?

    BalasHapus
  23. bener banget tuh hehehe.. gue heran deh, di pertandingan sepakbola yang harusnya menjunjung sportifitas kok jadi malah anarkis dan merugikan yaah? yang bisa membunuh sesama supporter kesebelasan lain dengan membabi buta? jaman sudah makin edaaaan... ampyuun deeh ;p

    BalasHapus
  24. tulisan bagus! thanks for sharing.....

    BalasHapus
  25. mengungkung kreativitas khususnya di bandung yang gila event musik.....ditambah dengan pencekalan 6 band metal asal bandung untuk tidak main di Jawa Barat dalam jangka waktu yang mereka tentukan...sangat memprihatinkan...

    BalasHapus
  26. gue datang langsung ke konser itu, yang jelas ya brutal abeeezzzz.... pestanya asli ngundang Izrail... ya tapi sekejam-kejamnya bandung underground masih lebih kejam jakarta undercover...!!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKJ: SCHOOL OF ROCK [Editor's Cut]

LED ZEPPELIN Reunion 2007: The Full Report From David Fricke