Mark Hoppus (ex-BLINK182) Says THE UPSTAIRS music is Catchy while Those Punks Hates Us Very Much






Mark Hoppus & Beyonce


Seperti biasa, tadi malam saya membuka account MySpace band yang saya manajeri. Tiba-tiba ada satu pesan yang menarik perhatian:


Have u check out this site? http://www.himynameismark.com you will see that The Upstairs has been posted on Mark Hoppus' blog site..You guys should be proud of it man.. Mark says The Upstairs' music is catchy!!! Check it out man...

From ur fan in Philippines….


Karena penasaran saya kemudian mengklik URL tersebut. Sebuah blog pribadi dari seseorang bernama Mark Hoppus. Ia menulis sedikit di blognya tentang The Upstairs. Saya copy-paste di bawah ini:


"Here's a band you might want to check out. i dont know what they're saying, but the music sure is catchy! they are called THE UPSTAIRS, and they’re from Jakarta."


Ternyata Mark Hoppus ini adalah eks-vokalis/bassist BLINK 182 yang bersama drummer Travis Barker sekarang membentuk band baru bernama +44. Mark juga dulunya merupakan pemilik dari clothing line Atticus dan Macbeth Footwear. Emo kids pastinya sangat mengenal dua brand kugiran ini :)

Kabar ini kemudian saya teruskan ke personel kami yang bernama Beni Adhiantoro. Drummer The Upstairs ini setahu saya merupakan salah satu penggemar BLINK 182 tapi belakangan agak malas mengakuinya, entah kenapa. Jangan tanya gimana respon Beni. Dia hanya tersenyum. Antara senang tapi khawatir hehe.

Selain meng-add kami sebagai temannya, Mark memang tak banyak membahas tentang The Upstairs. Tapi di luar dugaan, pengaruh tulisannya yang sedikit itu berdampak cukup dahsyat...

Minimal menjawab kebingungan saya beberapa hari sebelumnya. Ketika itu saya menemukan account MySpace band kami diserang oleh ratusan orang asing yang berasal dari Inggris, Filipina, Italia, Jerman, Australia, Las Vegas, New York, Alabama, Spanyol, Russia, Kazakhstan, Ohio, Swedia, Norwegia, Kentucky, Kanada, Ohio, Mexico, Pennsylvania, Malaysia, Colombia, Singapore dan berbagai nama daerah aneh lagi di muka bumi ini.

Tidak ada satu pun yang bermaksud buruk, hanya ingin berteman. Dan semuanya anak punk!

Agak aneh sebenarnya. Karena terus terang saja dalam beberapa bulan terakhir ini band yang saya manajeri dan fans kami sering mengalami bad times dari anak-anak muda belia yang menyebut diri mereka sebagai ”anak punk.”

Hasief, rekan kerja saya di RS tahu benar bagaimana kondisi objektif di panggung ketika The Upstairs show di Senayan beberapa waktu lalu. Jimi menjadi target dari missil-missil yang cukup berbahaya. Gitaris Kubil yang mendadak sangat ”ekspresif.” Puluhan middle finger yang mereka angkat ke udara. Beberapa T-shirt bertuliskan ”The Upstairs Ngentot!” yang mereka kibarkan. Atau backing vocal Dian Maryana yang sempat nyaris kena timpuk bohlam!

Bahkan para Modern Darlings perempuan pun sempat dikejar-kejar bagai maling dan beberapa mereka pukuli! Sementara Modern Darlings cowok sering kali terpaksa baku hantam hanya untuk bisa pulang ke rumah setelah menyaksikan konser kami. Padahal mereka semua adalah anak-anak yang baik. They’re lovers, not fighters! Ini bukan mengada-ada, mereka sendiri langsung melaporkan ini ke saya. Menjadi penggemar band ini sepertinya sangat berbahaya sekarang. Kami sendiri sampai sekarang tidak pernah paham mengapa para ”demonstran” ini begitu membenci band ini. Apakah karena band ini terlalu aneh?

Terakhir, dua hari setelah lebaran lalu ”anak-anak punk belia” sempat mempiloks rolling door markas kami di Duren Tiga dengan tulisan besar ”Fuck The Upstairs! by Marjinal.” (FYI, Marjinal adalah salah satu band punk anarcho/politikal berpengaruh di Indonesia dan saya berteman baik dengan para personelnya). Sayangnya delapan orang anak-anak punk berusia sekitar 13-16 tahun yang ternyata back street boys ini ketiban sial.

Mereka tertangkap tangan oleh Seto, penjaga distro Crooz yang sangar dan kebetulan gagal pulang kampung. Alhasil, mereka pun harus mempertanggungjawabkan tindakan mereka dengan mengkerok cat piloks di rolling door tersebut hingga bersih :) ”Atau gue laporin sama bokap-nyokap elo semua sekarang juga!” ancam Seto. ”Jangan, bang. Ampun, bang, kita bersihin sekarang, bang,” kata mereka kompak. How punked :)   

Sebenarnya kalau anak-anak punk belia ini mau belajar dari sejarah, lebih dari setengah kekuatan musikal The Upstairs itu memiliki roots pada musik punk rock selain para personelnya sendiri adalah veteran punk rockers. Beni adalah skinhead tulen yang sempat tergabung di banyak band punk mulai dari Sixtols hingga The End. Jimi sempat lama menjadi drummer di band punk/hardcore crossover Be Quiet. Bassist Alfi yang menggilai Paul Simonon (The Clash) sempat ngeband bareng Sammy (kini bassist Seringai) dan mengcover Blink182. Jangan tanya lagi gimana dengan gitaris Kubil. Ia sempat bergabung dengan banyak band punk/hardcore lokal Angkatan ’95 seperti Front Side dan Youth Against Fascism. Dammit! Those punk kids didn’t know what kind of SHIT they’ve been through after all this time.

Empat personel kami itu berdarah-darah dari antahberantah….

###

 

Thanks, Mark. Saya akan teruskan kabar ini kepada mereka semua....

Komentar

  1. keren bro... btw, ntar malem datang ke EX dong... kita tampil disana... LAUNCHING MAC OS X LEOPARD... :) cu...

    BalasHapus
  2. om2 de apsterlah mang yahud.. seorang mark hoppus sampe nulis di web pribadinya.
    gila yah...

    BalasHapus
  3. gila yah... hanya gara-gara tidak tahu sejarah kekerasan itu terjadi.

    BalasHapus
  4. yah, wen... anak2 itu lagi cari jati diri...

    BalasHapus
  5. yup.setuju gw, those kids didn't know about the philosophy, they didn't live with it, just an ordinary poser
    shame on them

    BalasHapus
  6. rejeki ELI datengnya juga dari anak2 hardcore wen. entah kenapa..? gue yang ga punya root HC jadinya ngebuka mata. Ga cuma HC sih. Kalo di asia tenggara kita di support sama HC Punk, di Aussie / NZ yang support blink blink Hip Hop, Eropa yang support anak2 electronic-nya.

    gue juga kadang bingung, masih aja ngata2in lintas genre.

    btw, gue tadinya pengen buat kaos "UPSTAIRS NGENTOT" dan gue pake dengan maksud lucu2an aja. tapi ngeri ah....

    BalasHapus
  7. yeeeaah Up Stairs!!! Music united the world, rite?

    BalasHapus
  8. ini maksudnya:

    mereka dateng kesana sambil nyanyi "I'll never break you heart.. I'll never make you cry.."

    atau

    mereka adalah akamsi? anak kampung situ?

    BalasHapus
  9. oooooh.... this is goood!!!! congratulations!! :D

    language ain't a thang. whoohoo!

    BalasHapus
  10. ho.ho.ho....
    merinding sambil tersenyum membacanya..hi.hi.hi
    salam senang penuh cita..syalala

    BalasHapus
  11. ho.ho.ho....
    merinding sambil tersenyum membacanya..hi.hi.hi
    salam senang penuh cita..syalala

    BalasHapus
  12. ah, gue paling benci punk rockers cetek yang baru tau manifesto GG Allin udah berasa jagoan. yang ogah bayar masuk gig, tukang cela antar genre tapi hobi crash ini ke acara2 non-punk cuma buat cari gara-gara. gue pernah nulis mock-interview soal beginian tapi lupa2 mulu mau gue posting disini..huhuhuhuh

    BalasHapus
  13. congrats buat Upstair. Wenz kali-kali Upstair manggung bareng Marjinal, terus jam sessions (apa udah pernah?hehe), lihat gimana responnya. tapi pasti repot yah kalo itu beneran terjadi.yah menurut gua minimal di buletin upstair wawancara ama anak-anak punk (marjinal mungkin) buat ngasi pandangan dan apresiasi mereka sama upstair. kalo ngurusin yg kampungan pake otot lagi mah susah, mereka datang dari mars.hehehe

    BalasHapus
  14. Yahh...namanya juga ABABIL,yang penting gaya tanpa tau makna nya

    BalasHapus
  15. ini tandanya the upstairs harus mulai bikin lagu berbahasa inggris hehehe

    BalasHapus
  16. teruskan perjuangaan...!!!hehehe
    aneh ya ngajak musuhan karena ga suka musiknya..? mereka rugi juga nggak.. Semangat lah,,moga bisa go international! hoho :P

    BalasHapus
  17. Haha.. Keren! Smoga tuh anak-anak punk belia tau soal Mark ini.. Biar maluuu.. Hehe =p
    Tapi cerita Senayan itu serem abis =[

    BalasHapus
  18. Thanks, Fan. Tapi nanti malam gue pulang ke rumah, ada sodara yang mau married. Sorry ya. Next time. Oya, majalah buat elo udah gue siapin ya. Mo diambil atau dikirim aja? :)

    BalasHapus
  19. Yoi, bob. Emang aneh. Gara-gara gak ada buku tentang sejarah punk rock di Jakarta kayaknya hehe.

    BalasHapus
  20. hehe gue suka gaya bahasa lo wenz " anak - anak punk belia" baru ngepunk atau sok ngepunk, kenapa harus by Marjinal, adakah niat mengadu dombakah? atau malu dengan nama mereka sendiri... mau jadi apa orang2 itu..
    udah lama nih gak liat the upstairs manggung,,
    (berharap dapet backstage freepass) huekekekek xp

    BalasHapus
  21. ih kasian bener, gak suka mah gak suka aje ga usah nyampe begitu dah..
    setuju gua, Modern Darlings itu benar2 lovers, pernah temen gua ledekin malah asik2 aja, bukannya marah malah pede lagih makin jadi hehehe...

    BalasHapus
  22. udah liat, agak² merinding ngeliat posting²nyah.... positif semua... keren dah pokoknyah...

    BalasHapus
  23. keren wenz! congrats yak! =)

    anak2x belia itu jangan2x punk fashionnya aja..hehehe

    BalasHapus
  24. Wah gila..selamat ya Wen!salut buat Upstairs..
    masalah anak-anak punknya sih palingan poser tuh! anak-anak nggak berpendidikan yang bersembunyi dibalik atribut punk doang! apalagi pake coret-coret tembok gitu..yah udah ketebak lah kelasnya..

    tapi tetep salut Wen buat Upstairs!jagoan banget deh emang lo ya!hahaha

    BalasHapus
  25. Setuju! After all, semua ini kan cuma musik, fren. Bukan agama! :) Gue sendiri gak punya roots di new wave. I'm metalhead and I'm proud hahaha. Apa terus gue gak boleh manajerin band new wave juga. That was stupid, right!

    BalasHapus
  26. Thanks, Fay. Kemaren pas Megadeth kemana ya elo? Nonton di tribun ya? Gue cari gak ada hehe. Gimana rencana minum2nya nih ;)

    BalasHapus
  27. Gak ngadu domba juga sebenernya. Mereka pengen terlihat keren aja dengan jual nama Marjinal hehehe. Sayangnya mereka sial, jadinya gak keren, Ta :)

    BalasHapus
  28. Ada tuh, "Mosque of Love" di album Matraman.

    BalasHapus
  29. Iya Wen!!sialan..gue baru nyadar gitu ternyata duduknya harus di tribun..gue pikir lo di tribun juga..
    ayo dong wen, kapan nih?gue january udah balik lagi lho ke Malaysia..gue sih setelah 20 November ini udah nganggur wen..nanti lah ya gue maen2 ke RS kalo lo lagi lowong gitu..

    BalasHapus
  30. beruntung The Upstairs punya Wendy Putranto!

    BalasHapus
  31. yeah Blink 182...saya suka :D...kenapa mesti malu...

    BalasHapus
  32. Kalau boleh sumbang pendapat. Mungkin yang namanya kesalah pahaman itu masih sering menjangkiti pandangan teman-teman "punk muda" itu.

    Ingat waktu dekade 96 atau 98 awal. Kita (atau mungkin hanya saya) sempat mengenal wacana tentang anti komersil, fuck major label, fuck trendy (dan ujung-ujungnya fuck rasis & fasis). Nah mungkin yang ada di otak para "punk muda" itu the upstairs adalah kumpulan orang-orang komersil yang imej bandnya ditiru oleh jutaan modern darlings diluar sana. karena banyak yang berdandan seperti Modern Darlings, maka punk muda itu menyebut bahwa Modern Darlings itu kumpulan anak-anak muda trendy yang menggemari musik komersil. Padahal seperti yang mas Wenz Rawk bilang, sebagian para personil The Upstairs itu tercatat pernah menjadi seorang punk atau masih bisa dibilang seorang Punk. Salut saya untuk para personil The Upstairs.

    Ini bukan pernah terjadi sesekali, dulu waktu RGB (kalau kenal band itu) atau SID naik kepermukaan pun, tetap ada "punk muda" yang merasa bahwa mereka berdua komersil. Dan melakukan aksi boikot kepada mereka. Dengan wacana komersil yang sedikit. Sudut pandang mereka jadi sempit.

    Yah pokoknya saya mendukung aktivitas yang dilakukan oleh The Upstairs. Apapun itu, kita harus banga dengan The Upstairs.

    Salam kenal sejuta hangat dari saya. Teruskan buat kami berdansa.

    BalasHapus
  33. RGB? Pasti kenal :) Betul, gue setuju dengan pendapat bung Cesz. Karena memang ketika SID naik saat itu gue ikut merasakan sendiri tekanan yang mereka rasakan baik di atas panggung atau di bawah panggung. SID fenomenal banget waktu itu, entah dari tingkat resistensi, popularitas hingga penjualan albumnya, semuanya fenomenal. Akhirnya memang aksi-aksi boikot yang "lucu" semua ini akan melahirkan generasi-generasi pemberontak baru yang akan melawan lagi semua band terkenal apapun yang datang di kemudian hari nanti. Cuma sayang aja karena semua perlawanan ini selalu dilatarbelakangi dengan alasan-alasan yang tolol. Bahkan untuk memberontak pun mereka tidak belajar dari sejarah :)

    BalasHapus
  34. hahahaha. gua paling suka bagian ini nih. RASAIN LU! :))

    BalasHapus
  35. Generasi yang terbutakan, dibutakan atau membutakan?
    Entahlah, semoga the upstairs bisa memberikan banyak hal bagi teman-teman modern darlings dan yang bukan modern darlings.

    Sekali lagi salam kenal dan salut.

    Cesc

    BalasHapus
  36. selalu saja ada yg ngga bisa terima...

    BalasHapus
  37. sebenernya lebih tepatnya generasi yang "mengatasnamakan" si cesc.... soalnya setelah gwe lihat lihat... para maturbator intelektual muda seperti Punk punk belia ini lebih cenderung terpikat pada "figure" yang berubah jadi hype.... bukan Lagi "state of mind"..bagaimana ini begitu "marjinal"...bukan lagi permasalahan Misi yang dibawa "marjinal". gwe yakin di marjinalnya sendiri ga ada pikiran menyudutkan seperti itu...

    kalo udah "figure" yang mereka lihat...mau sejarah mengatakan apa juga..mereka ga akan mudeng..... ini sih analisa saya...yang saya sering perhatikan dilapangan

    BalasHapus
  38. Setuju dengan mas adi.
    Mungkin figure yang dimaksud adalah icon praktisinya, ambil contoh misalnya vokalis marjinal yang mungkin seperti terfigurekan sebagai seseorang yang "punk banget." lalu "Punk Belia" itu memuja sang vokalis marjinal yang dalam hal ini berbeda imej dengan vokalis The Upstairs.

    Karena ada unsur ketidak-sukaan dengan meledaknya musik lantai dansa resah the upstairs maka "punk belia" itu memakai figur vokalis marjinal sebagai "unsur pemberontakan" terhadap the upstairs.

    Didalam benak young punks itu mungkin bergumam statement seperti ini:
    "ihh the upstairs sok rusuh, sok tampil beda. Nih lihat kami para punk yang jelas lebih beda dan lebih sangar daripada serombongan modern darlings dengan baju warna-warni"

    Yah seperti diketahui sebelumnya, bila suatu telah banyak ditiru orang, maka ada sebagian orang yang mencoba menjadi beda dengan cara yang keblinger.

    Tapi sebaiknya jangan caci-maki para punks muda itu. Beri mereka pengertian, ajak mereka diskusi, obrolkan dengan mereka tentang punks yang kita tau. Belajar bersama-sama dan berbagi dengan mereka. Mungkin mereka tidak tau apa yang kita ketahui. Ini saatnya untuk memberikan mereka pengertian. Toh sekarang bukan jamannya kita mengklaim orang yang tidak tau dengan kata-kata Poser dan Borok.

    Wah saya jadi seperti membuang ludah membabi-buta di halaman multiply mas wenzrawk. Maafkan saya mas, di hapus saja jika tidak berkenan.

    Maaf saya terhaturkan dengan sebesar dan sepenuhnya.

    Salam kagum atas tulisan-tulisan mas wenzrawk.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKJ: SCHOOL OF ROCK [Editor's Cut]

LED ZEPPELIN Reunion 2007: The Full Report From David Fricke