Saya Telah Kembali, Selamat Datang di WenzRawk.com!

Berpose di hari kerja terakhir, esoknya logo ikonik ini ditutup kain hitam. 


Mungkin seperti yang sudah sebagian dari kita ketahui, akhir 2017 menjadi salah satu hari resmi patah hati bagi para awak redaksi Rolling Stone Indonesia ketika kantor yang telah menghidupi jiwa dan ekonomi kami selama lebih dari 12 tahun lamanya dengan terpaksa harus berhenti beroperasi (Bad news bahkan diumumkan ke publik tepat di momen pergantian tahun). Kantor yang bukan hanya menjadi kantor biasa, tapi memberikan saya extended family bahkan literally, family (saya bertemu istri saya di RSI). 

Saya menuliskan pesan perpisahan dengan RSI via media sosial di hari terakhir bekerja itu. Bertubi-tubi kemudian pesan dan kesan dituliskan oleh teman-teman, rekan-rekan artis/band sejawat, mantan interns, kontributor, para pembaca setia RSI hingga handai taulan lainnya melalui berbagai medium. Mulai dari WhatsApp, Blog, IG Stories, Instagram, Facebook hingga Twitter

Saking sedih membacanya saya nyaris mencurahkan air mata di sebuah keramaian mall bergengsi di ibukota dimana semua orang justru tampak sedang bergembira menyambut datangnya awal tahun baru. Untungnya momen ini segera terlihat oleh istri dan anak saya tercinta yang kemudian menggoda dan menghardik saya. Ayah macam apa coba yang menangis karena kehilangan pekerjaan? Banyak? Iya, tapi bukan saya \m/. Nggak bisa membayangkan bagaimana saya harus melalui hari-hari gelap itu jika tidak ada mereka berdua. 

Beberapa teman bahkan ada yang menelepon dan datang langsung ke rumah untuk memberikan dukungan moral kepada saya dan juga teman-teman RSI lainnya. Selama masa liburan kemarin semua pesan tersebut saya baca dengan cermat satu persatu, ada yang datang dari berbagai kota di Jawa, Sumatera, Makassar bahkan hingga NTB. Saking banyaknya mohon maaf jika saya  belum sempat untuk membalasnya satu persatu pula, tapi saya berjanji akan melakukannya. 

Dari lubuk hati yang terdalam saya berterima kasih sebesar-besarnya atas semua simpati, atensi dan apresiasi dari teman-teman semuanya. Terus terang sama sekali tidak menyangka kalau apa yang saya dan teman-teman RSI lain lakukan selama ini di kantor ternyata memberikan pengaruh yang cukup besar atau bahkan perubahan secara personal di kehidupan pribadi para pembaca kami. Karena pada intinya kami hanya bekerja di sana, mungkin ini yang terjadi jika kita sangat mencintai pekerjaan dan bekerja dengan sepenuh hati. Passion.

Untuk yang bertanya bagaimana selanjutnya rencana saya ke depannya, yang pasti saya masih di sini, bersama kancah ini: musik, showbiz, industri kreatif. Tidak pernah terpikir sedikit pun saya akan keluar dari sini, apalagi menjadi pegawai negeri. Belakangan saya sedang fokus mengelola bisnis musik dari sebuah band milik teman-teman baik yang saya gandrungi juga sejak lama, Seringai. Kami sedang mempersiapkan album studio terbaru yang bakal rilis di tahun ini juga dan menyusulnya dengan serangkaian jadwal tur konser di dalam negeri untuk mempromosikannya. Terakhir Seringai merilis album itu pada 2012 atau enam tahun lalu, tentu saja ini membuat gunungan ekspektasi kemudian membuncah di pikiran.

Langkah berikutnya tentu saja saya tidak akan pernah berhenti menulis. Satu hal yang cukup mengganjal sebenarnya ketika menjadi digital managing editor di RSI adalah sedikitnya waktu untuk menulis karena diharuskan melakukan kerja-kerja penyuntingan tulisan para reporter; fact checking, verifikasi, ejaan, tata bahasa, mengunggah, mengunduh, memberikan assignment, arahan, supervisi interns, memantau pergerakan dan menganalisa traffic di  website, analisa SEO dan segenap bullshit digital lainnya. 

Saya pernah menyarankan "tolak saja" kepada Shindu, salah seorang mantan mahasiswa magang RSI yang kini bekerja di sebuah media nasional dan sempat ditawari menjadi editor oleh atasannya. "Elo baru kerja sebagai reporter selama setahun, nikmati dulu kehidupan jadi reporter, itu jauh lebih menarik dan menantang dibanding jadi editor," begitu kira-kira sarannya. Diluar berkah gaji, menjadi editor sejatinya memang menyebalkan; kita yang memoles, mengoreksi, mempercantik, tapi siapa yang dapat kredit pada akhirnya? Hahaha.

Beberapa hari yang lalu saya diajak istri saya untuk nonton bioskop. Saya sebenarnya malas banget nonton film ini karena The Greatest Showman berkategori musikal, entah kenapa buat saya itu cenderung membosankan. Beberapa kali diajak selalu menolak, selain karena lagi sedih, jengah juga nonton film yang sepanjang ceritanya dihabiskan dengan bernyanyi dan berdansa-dansa ekstravaganza. 

Sialnya, saya salah besar. 

The Greatest Showman ternyata film yang luar biasa tepat buat saya di momen menyedihkan ini, sangat kohesif. Saya malah jadi terinspirasi dibuatnya, dan makin bersemangat menjalani hidup setelah terbangun dari "living the dream" selama 12,5 tahun. Banyak hal langsung saya pelajari dari 105 menit durasi film tersebut, ambisi, gairah, daya tahan, nafsu, persahabatan, pengorbanan dan pastinya kepemimpinan. Terima kasih Hugh Jackman, Michael Gracey dan tentu saja istri saya tercinta hehe.  

The Greatest Showman juga yang akhirnya membawa saya kembali mengunjungi blog tua ini, yang saking lama ditinggalkan kemudian jadi berhantu, terbukti dari sangat susahnya saya untuk mengakses back office-nya kembali. Sepertinya saya akan kembali mengisi hari-hari dengan menulis berbagai konten baru di sini. Musik, politik atau budaya populer apapun lainnya. Lebih baik di sini, rumah kita sendiri... Selamat menikmati, semoga terinspirasi.



Barnum & Bailey Circus. (Foto oleh: Niko Tavernise)



"The best kind of art, the purest kind, is the art that makes people happy" - P.T. Barnum, The Greatest Showman 

Komentar

  1. Welcome back, Wenzrawk!! You always rawks!!!!!! Semoga sukses selalu! Salam untuk keluarga kecilmu yang hebat!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Wenz !! Sukses terus ... didepan jalan terbentang panjang !!! Sikat ga usah pake di rem !!

    BalasHapus
  4. Mas Wendi Putranto. Senang sekali bersahabat dengan Mas Wendi. Semoga sukses di 2018!

    BalasHapus
  5. Sukses selalu di mana pun mas Wendi berada. \m/

    BalasHapus
  6. Keep the dreams alive, Wen! Good luck for the new adventures!

    BalasHapus
  7. Sedih liat RSI tutup :(
    Jadi inget jaman2 masukin berita bola ke web buat pertama kalinya, mas, hahahaha.

    Sukses terus mas Wenz. Hajar!!! :)))

    BalasHapus
  8. Akhirnya dia ngeblog lagi hihihu. Akupun juga patah hati mendengar RSI tutup, wenz. But i believe u will make others great things again :)

    Tetap semangat, Wenz!
    Semangat menulissss
    Everything gonna be emejing

    BalasHapus
  9. Semangat terus mas wen... terima kasih atas ilmu2nya yang telah saya serap sedikit demi sedikit semasa jadi anak magang dulu...

    BalasHapus
  10. Maju terus, Mas! Selama ini diam-diam aku juga sedikit banyak terinsipirasi dari kamu juga. Pokoknya tetap semangat, karena Insya Allah buat orang seperti kamu pasti bakal selalu laku dan kepake di mana-mana kok, hehe. Semoga semakin memberi berkah untuk keluarga dan semua orang.

    Ditunggu segera tulisan-tulisan selanjutnya. Joss!

    BalasHapus
  11. Gas terus Mas Wenz! Saya satu diantara banyak anak muda yang tergerak untuk menulis rock karena tulisan-tulisan Anda. Hormat!

    BalasHapus
  12. Serigala Milita pantang menyerah hajar sampai kilometer terakhir

    BalasHapus
  13. Godspeed Wenz! Don't worry about a thing. Coz every little thing is gonna be alright - Bob Marley

    BalasHapus
  14. Sukses selalu di mana pun, sehat selalu wenz

    BalasHapus
  15. Terimakasih telah menginspirasi, you're my best influencer sir!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKJ: SCHOOL OF ROCK [Editor's Cut]

LED ZEPPELIN Reunion 2007: The Full Report From David Fricke